Merdeka Belajar

 

KONSEP PERUBAHAN DALAM “MERDEKA BELAJAR” SEBUAH KEHARUSAN

Oleh : Harningsih

MERDEKA BELAJAR

Harningsih, 23 oktober 2020

 

Setitik langkah merdeka telah diisyaratkan oleh zaman

Kembali   ke pemikiran yang telah ratusan tahun lalu didengungkan   sang maestro pendidikan

Akankah  kita masih ingin  membelenggu  kebebasan mereka?

Akankah  kita masih ingin  memborgol   keingintahuan mereka?

Akankah  kita masih ingin  mendewakan ujian di atas segalanya?

 

Pendidikan ..............harusnya..................

Meniscayakan  manusia merdeka  dari kekawatiran dan ketakutan

Pendidikan........harusnya ......membangkitkan  sisi rasa humanisme  bukan kompetensi  kognisi  semata

 

Merdeka belajar

Harusnya.......... melahirkan manusia yang tercerahkan

Jangan biarkan mereka  menjadi penakut,  pencontek, penipu, penjiplak hanya demi sebuah  angka

Atau hanya sekadar ingin melambung ke angkasa demi pujian yang meruntuhkan.

 

Merdeka belajar

Membebaskan  dari beban mekanisme pengajaran  yang rumit dan berbelit-belit

Membebaskan  dari dinamika ujian  yang membingungkan

 

Merdeka belajar.........sesungguhnya......

Menuntut  sebuah perubahan..........................

 

Perubahan dari seluruh aspek yang memengaruhi pendidikan.........

Guru diberi ruang untuk  untuk menuntun generasi dengan hati nurani......

Guru diberi kesembatan untuk berdaya

Berikan surat kepercayaan pasti, hargai proses belajar kami, hargai penilaian kami.....

 

Menyudutkan guru dengan kebijakan masa lalau......

berarti .... menjebak gurui dalam sebuah kegagalan.

 

Merdeka belajar

Bebaskan pikiran kita dari dikotomi anak pintar/anak bodoh, anak malas/anak rajin, anak nakal/anak baik..... beri ruang positif, /berikan kepercayaan pada anak didik

untuk berdaya/ menjadi anak yang mandiri dan bermartabat 

 

Sekolah bukan penjara/ yang mengunci rapat kebebasan kreasi mereka

 jIka sekolah masih dianggap sebagai alat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak....

Merdeka belajar hanya sebuah slogan mati tanpa arti

 

Kembalikan sekolah ke tujuan abadi memanusiakan manusia,

kembalikan sekolah sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan,

kembalikan sekolah sebagai tuntunan sesuai kodarat alam dan kodrat zaman  

 

Merdeka belajar

tercipta profil pelajar pancasila,

 Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Berakhlak mulia, kebinekaan,

 bernalar kritis, kerja sama dan kemandirian

 

Merdeka belajar,

Pelajar cerdas berkarakter

 

Merdeka belajar,

Semua orang murid, semua orang guru, dan semua tempat sekolah

 

 

Perubahan merupakan gerakan untuk memperbaiki tatanan.  Dalam melakukan perubahan diperlukan satu persepsi dalam membangun kesadaran bersama. Perubahan di dalam dunia pendidikan demikian juga. Apabila hanya diserahkan kepada guru, yang biasa disebut sebagai kunci keberhasilan pendidikan tentunya suatu kemustahilan.   Tanpa dukungan dari berbagai pihak, tanpa dukungan dari kebijakan  pendidikan pastinya hanya akan ‘jalan di tenpat, tidak ada pergerakan.

Hal-hal yang harus dipahami tentang anak dalam melakukan transformasi pendidikan atau perubahan adalah :

1.       Peserta didik adalah anak yang istimewa dan memiliki karakter yang berbeda-beda

2.       Peserta didik/anak harus diberi kepercayaan memiliki kodrat alam untuk bertumbuh dan berkembang sesuai kodrat zaman

3.       Anak/peserta didik harus dituntun dengan cinta dan diberi rasa aman dan nyaman agar bertumbuh dan berkembang secara maksimal

4.       Anak/peserta didik pada dasarnya gemar bermain (kinder spelen)  sehingga harus difasilitasi untuk belajar dan bermain

5.       Peserta didik memiliki keunikan dan percepatan belajar sendiri-sendiri sehngga tidak boleh disamaratakan

Guru memang merupakan garda depan pendidikan. Akan tetapi, jika hanya mengalihkan tanggung jawab transformasi pendidikan di tangan guru saja, itu berarti  menjebak guru dalam sebuah kegagalan. Hal ini bukan merupakan sikap pesimistis dari pribadi guru, tetapi sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Pendidikan di Indonesia selama ini dilingkupi dengan berbagai kepentingan,  penuh kontrol serta miskin dengan pemberdayaan. Apabila hal ini dibiarkan saja, tentunya tidak akan berbeda dengan pendidikan di zaman kolonial Belanda, hanya mencetak kaum buruh dan tenaga kerja. Tidak mengabdi pada nilai-nilai kemanuasian yang dapat membentuk generasi muda yang berkarakter, mandiri, dan bermartabat.  Kerangka berpikir konsep perubahan dan merdeka belajar adalah sebagai berikut :



Guru sebagai salah satu kunci penentu keberhasilan pendidikan, mulai sekarang harus mengubah mindset pola pikir, menyakininya, dan melaksanakannya dalam bentuk aksi nyata. Tanpa aksi nyata dari guru, siswa tak akan megubah aksinya juga.

Guru sebagai ujung tombak pendidikan karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa. Interaksi guru dan siswa tentunya harus dibentuk menjadi interaksi yang bermakna. Dalam konsep merdeka belajar, guru dan siswa harus merdeka. Guru merdeka dalam menentukan tujuan pembelajaran, merdeka dalam menentukan, metode, pendekatan, model, strategi serta teknik pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan individu.  Guru harusnya memiliki kemerdekaan pula dalam menentukan penilaian pembelajaran, tidak diseragamkan seperti yang dialami selama ini (PTS, PAS,PAT) dilakukan bersama. Apapun alasannya, seharusnya mulai sedikit demi sedikit harus dihilangkan. Guru harus dipercaya untuk melakukan penilaian proses sebagai penentu keberhasilan pembelajaran.

Hal- hal yang wajib dilakukan guru  agar konsep merdeka belajar dapat dilaksanakan dengan tepat adalah :

1.         Pembelajaran berpusat pada siswa, seluruh rangkaian pembelajaran harus “menghamba” pada siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa dapat diibaraktan sebagai sebuah demokrasi, dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa.

2.          Pembelajaran  memerhatikan  karakterisistik siswa. Karakteristik siswa digunakan sabagai dasar dalam perancangan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Kesulitan yang mugkin dihadapi guru adalah tidak semua karakter peserta didik dapat diamati dengan pandangan mata. Harus melalui proses identifikasi dengan sebuah instrumen..

3.         Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu, bisa dengan kegiatan bercerita tentang dirinya, pertanyaan apersepsi dari guru, saling mengenalkan diri dengan siswa lain (berpasangan)  dan  dengan instrumen observasi, tes IQ

4.         Mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa sesuai mata pelajaran yang diampu

5.          Memberikan suasana aman, nyaman, menyenangkan ketika siswa belajar sehingga merekan dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman. Anak mampu berpikir ktitis, mengeksplorasi pemahamannya, memecahkan masalah  tanpa rasa kawatir dan takut.

6.         Memberikan ruang dan waktu kepada siswa untuk menjadi menjadi seorang peminpin,  menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, tanggung jawab, jujur, serta berahlak mulia lainnya.

7.         Menghargai pendapat anak dan berpikir positif kepada anak sehingga naluri belajarnya kembali  bertumbuh dan berkembang.

 

Setelah memahami dan meyakini konsep media belajar guru harus dapat mereflkesikan apa pola pikir lama mereka dan segera diganti dengan pola pokir baru seperti contoh berikut ini :

No.

Pola Pikir lama

Pola Pikir Baru

 

1.

Keyakinan akan adanya perbedaan karakteristik siswa  sudah tetapi belum bisa melayani sesuai karakteristik peserta didik yang beragam

Keyakinan akan perbedaan karakteristik harus diikuti dengan aksi nyata. Misal menuntun siswa yang belum mampu menguasai kompetensi, meminta siswa lain untuk ikut  menuntun temannya sebagai wujud rasa empati, memilih teknik pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa 

2.

Pembelajaran dilakukan secara klasikal, sedikit mengabaikan kebutuhan individu siswa

Kebutuhan individu siswa harus diutamakan. Aksi nyatanya adalah memetakan siswa sesuai dengan kemapuannya  agar dapat menentukan prioritas pembimbingan, bukan untuk merangking pencapaian belajar  

3.

Guru sebagai pengajar, memdominasi proses pembelajaran

 

Guru sebagai fasilitator, sebagai coach, sebagai penuntun dan sebagai motivatos

4.

Guru menyampaikan materi pelajaran/penyampai informasi

Siswa bertanya tentang materi pelajaran, berdiskusi, memecahkan masalah, menyimpulkan materi pembelajaran. Guru hanyamemberikan stimulus

5.

Guru menentukan apa yang diajarkan dan bagimana dan  siswa mendapatkan informasi yang mereka pelajari

Siswa aktif belajar dan mengontrol proses belajar mereka sendiri

6.

Guru jengkel pada siswa yang bikin ulah, tidak nurut, menghukum siswa, memarahi siswa, menasehati

Memberikan stimulasi positif, hindari membentak, tidak menggunakan kata “jangan” , nasehat biasanya tidak mempan untuk anak yang “sangat istimewa”

Ingat perilaku baiknya,   puij  dan utarakan kembali ketika anak bikin ulah.

Bila terpaksa memberi hukuman, berilah hukuman positif

7.

Jarang mendengar keluhan murid karena fokus pada materi

Mendengarkan keluhan murid sehingga ada kedekatan emosional. Harapnnya anak menjadi sungkan untuk bikin ulah apabila ada hubungan kedekatan emosi

8.

Kurang sabar dalam menghadapi murid

Tetap  sabar dan ceria, menebarkan suasana cinta dan bahagia

 

Langkah-langkah selanjutnya yang dapat dilakukan guru adalah merancang pembelajaran yang sesuai dengan pola pikir baru yang telah diyakini dapat mewujudkan konsep merdeka belajar. Langkah-langkah strategis tersebut adalah :

1.         Merancang aktivitas-aktivitas pembelajaran yang tepat bagi siswa. Pilihan aktivitas yang dapat dijadikan pilihan diantaranya diskusi, debat, send a problem, memecahkan masalah, presentasi, “siswa mengajar”, membuat projek, membuat produk dll

2.         Memilih model pembelajaran kooperatif yang tepat, model pembelajaran yang dapat dipilih misalnya ; problem based learning, inquiry learning, project based learning

3.         Memilih strategi pemilihan penilaian formatif yang sesuai. Penilaian formatif yang dilakukan misalnya penilaian proses, penilaian harian dengan soal-soal yang sifatnya terbuka (divergen),  dan soal yang berupa pemecahan masalah, dan soal-soal yang tidak hanya menuntut “benar” dan “salah”.

Teriring salam “mendengar saya lupa; melihat saya ingat;menemukan sendiri saya kuasai” Semoga Merdeka Belajar tidak menjadi slogan mati tanpa arti. Untuk  itu mulailah berubah dari diri kita sendiri agar menemukan solusi untuk memulai aksi. Guru Pengerak maju,  pendidikan maju, Indonesia bergerak.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP BERDIFERENSIASI HARNINGSIH

Membuat kesepakatan kelas